10 Tips Menarik dalam Berinvestasi
Biar bagaimanapun, investasi sektor riil yang dikelola dengan baik jauh lebih menguntungkan. Yang dimaksud dengan sektor riil disini adalah usaha yang bersifat riil dalam artian ada barang / jasa yang dipertukarkan. Berdagang sembako, bikin pabrik sepatu, buka jasa fotokopi, semuanya itu merupakan contoh dari usaha riil.
Sayangnya tidak semua diantara kita ada yang mempunyai waktu dan kemampuan untuk menjalankan usaha riil tersebut. Oleh karena itu berikut 10 tips menarik yang dapat dijadikan acuan dalam berinvestasi di sektor selain sektor riil :
1. Pastikan seberapa besar tingkat resiko yang mampu kita hadapi. Hal ini penting karena biasanya tingkat hasil tergantung pada tingkat resiko. Kita ambil contoh deposito. Menurut sebagian besar orang, deposito adalah bentuk investasi yang aman. Coba kita lihat hasil deposito selama tahun 2008. Tingkat bunga deposito tahun 2008 adalah 8 %, sementara tingkat inflasi tahun 2008 menurut pemerintah adalah hampir 12 %. Hal ini berarti tingkat bunga riil deposito selama tahun 2008 adalah minus 4 %. Nilai deposito kita diakhir tahun 2008 tinggal 96 %, meskipun jumlah nominalnya bertambah 8 %. Fisik uang kita aman, akan tetapi nilainya malah turun.
2. Tentukan jangka waktu investasi apakah jangka pendek atau jangka panjang. Jangan sampai kita berinvestasi dalam instrument investasi yang bersifat jangka panjang namun belum lama waktu berlalu sudah menghitung keuntungan atau kerugian. Hal ini hanya akan membuat kita tidak tenang karena investasi kita bisa saja turun nilainya dalam jangka pendek, sementara dalam jangka panjang investasi tersebut sangat potensial.
3. Dalam menghitung tingkat keuntungan investasi yang menggunakan sistem prosentase seperti misalnya deposito ataupun obligasi, gunakan tingkat bunga riil sebagai pembanding. Bila lebih besar dari tingkat bunga riil, investasi bisa diteruskan. Bila lebih kecil dari tingkat bunga riil, cari instrument investasi yang lain. Tingkat bunga riil adalah tingkat bunga nominal dikurangi tingkat inflasi. Tingkat inflasi yang pasti hanya dapat diketahui setelah terjadi, namun target inflasi yang dipatok oleh pemerintah bisa dijadikan rujukan.
4. Cari informasi mengenai penerbit instrument investasi sebanyak mungkin. Mayoritas instrument investasi mengandung resiko yang biasa disebut Counterparty Risk. Resiko ini adalah resiko dimana pihak penerbit instrument investasi memiliki kemungkinan untuk ingkar janji dan / atau bangkrut.
5. Konsultasikan dengan yang lebih mengerti dan lebih berpengalaman. Meskipun kita telah mengumpulkan banyak informasi, bagi yang tidak bisa mengolahnya akan mengalami apa yang disebut “Kebanjiran Informasi”. Informasi yang dimiliki banyak namun kita tidak mampu mengolahnya sehingga tidak ada yang bisa dimanfaatkan. Dengan berkonsultasi kepada yang lebih ahli, informasi yang kita miliki dapat diolah menjadi informasi yang bermanfaat.
6. Bila kita seorang karyawan dan kemudian kita “ketiban rejeki nomplok” (dapat warisan misalnya) sementara masih memiliki hutang bank atau leasing, akan lebih efektif bila melunasi lebih dahulu hutang tersebut sebelum melakukan investasi. Dengan melunasi hutang lebih dahulu berarti kita telah melakukan “cut loss”, yaitu menghindari kerugian yang sudah pasti daripada mencari keuntungan yang belum tentu didapat.
7. Alokasikan paling banyak 30 % dari penghasilan bulanan kita untuk investasi. Lebih dari itu berarti kita terlalu banyak menunda “kenikmatan” yang seharusnya bisa kita nikmati sekarang untuk dapat dinikmati dimasa yang akan datang padahal umur kita belum tentu sampai selama yang kita perkirakan. Menikmati pendapatan sekarang bukan hanya berarti membelanjakan penghasilan yang ada dalam bentuk barang ataupun berbagai kenikmatan lainnya, akan tetapi bagi sebagian orang memberi sebagian penghasilannya kepada orang yang lebih membutuhkan juga merupakan kenikmatan.
8. Hindari berinvestasi dengan menggunakan leverage. Maksudnya adalah sebaiknya kita dalam berinvestasi hanya menggunakan uang yang benar2 100% kita miliki, bukan mengunakan uang yang sebagian berasal dari hutang yang mengharuskan kita membayar bunga. Dengan menggunakan hutang berbunga untuk investasi, paling tidak mengakibatkan biaya tetap / fixed cost yang harus ditanggung menjadi bertambah.
9. Dalam berinvestasi dengan menggunakan instrument kertas ( paper-investment instrument), kita harus menyadari bahwa terdapat resiko investasi kita menjadi tidak bernilai sama sekali / bernilai Rp 0,00 Kasus penipuan besar di Amerika Serikat yang dilakukan oleh penipu ulung Bernard Madoff, merupakan contoh teranyar. Modus yang dia pakai sederhana, bahkan dari berita di koran orang Indonesia juga pernah melakukannya, dalam skala yang lebih kecil tentunya.
10. Terakhir, jangan lupa untuk menilai segi fundamental dari sebuah instrument investasi. Misal, kita berinvestasi dalam bentuk obligasi pemerintah. Counterparty Risk yang dimiliki investasi ini kecil, namun dalam kondisi tingkat bunga terus naik, maka nilai obligasi akan menjadi turun.
10:08 PM
|
Labels:
Dinar Emas
|
This entry was posted on 10:08 PM
and is filed under
Dinar Emas
.
You can follow any responses to this entry through
the RSS 2.0 feed.
You can leave a response,
or trackback from your own site.
0 comments:
Post a Comment